Saumlaki, Jurnalinvestigasi.com - Akademisi Sekolah Tinggi Theologia Injili Mahkota Sion Saumlaki (STTIMASS), Esau Luturmas, mengimbau masyarakat Kabupaten Kepulauan Tanimbar (KKT) agar tidak sekadar melontarkan kritik terhadap Pemerintah Daerah tanpa memberikan solusi yang konstruktif. Menurutnya, kepemimpinan Bupati Ricky Jauwerissa dan Wakil Bupati dr. Julyana Ratuanak saat ini sedang berupaya memperbaiki berbagai sektor kehidupan masyarakat.
“Saya mau tegaskan bahwa pemerintah kita saat ini sedang bekerja. Belum sampai 100 hari kerja. Wajar jika ada kekurangan, tapi jangan kita terlalu keras menghakimi seakan-akan tidak ada upaya. Kita harus melihat konteksnya,” ujar Esau saat ditemui di kampus STTIMASS, Jumat (18/4).
Menurutnya, berbagai langkah awal telah dilakukan Pemerintah Daerah, mulai dari sektor pendidikan, kesehatan, hingga ekonomi masyarakat. Ia menekankan bahwa kritik memang penting dalam negara demokrasi, namun seharusnya diiringi dengan tawaran gagasan sebagai bentuk partisipasi aktif dalam pembangunan daerah.
“Jangan hanya tahu kritik, tapi tak pernah beri masukan. Harusnya kita ini hadir sebagai mitra kritis, bukan oposisi yang sekadar cari panggung. Kalau ada yang tidak beres, ayo kita duduk bicara. Tawarkan ide, dorong solusi, jangan hanya soroti kesalahan,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Esau menyoroti bahwa banyak pihak yang bersuara keras terhadap pemerintah eksekutif, namun enggan mengarahkan kritik yang sama terhadap lembaga legislatif, dalam hal ini DPRD KKT.
“Kenapa hanya Pemda yang dikritik terus-menerus? DPRD juga punya fungsi pengawasan, fungsi anggaran, fungsi legislasi. Harusnya kelompok oposisi juga punya nyali untuk mengoreksi kinerja DPRD. Jangan tebang pilih. Kalau mau bicara perubahan, ya semua elemen pemerintahan harus kita kritisi dengan adil dan proporsional,” katanya.
Seruan untuk Bersatu Mendukung Pemerintahan RJ-JR
Dalam pernyataannya, Esau juga menanggapi tudingan sejumlah pihak yang menyebut dirinya sebagai "pengkhianat" karena mendukung pemerintahan yang baru. Ia menegaskan bahwa dukungannya bukan karena kepentingan pribadi atau politik, melainkan karena dorongan moral dan keinginan untuk melihat perubahan nyata di tengah masyarakat.
“Bukan soal saya dapat kue dari pemerintah lalu saya mendukung mereka. Tidak. Ini soal hati nurani. Saya ini dosen, saya lihat sendiri bagaimana anak-anak kita susah sekolah, orang tua tidak bisa berobat, banyak yang hidup dalam kemiskinan ekstrem. Kalau saya diam saja, itu lebih jahat,” tegasnya.
Esau menambahkan bahwa sebagai intelektual yang hidup dan besar di Tanimbar, ia merasa bertanggung jawab untuk menjadi jembatan antara masyarakat dan pemerintah, bukan memperuncing jarak antara keduanya. Ia menilai bahwa saat ini bukan waktu yang tepat untuk memperbanyak perpecahan, melainkan membangun kolaborasi.
“Ini saatnya kita bersatu. Pemerintah daerah, masyarakat, akademisi, semua harus satu hati. Kalau kita saling menjatuhkan terus, siapa yang rugi? Bukan mereka di Jakarta, tapi kita sendiri yang tinggal di Tanimbar ini,” ujar Esau.
Akademisi Harus Ambil Peran Strategis
Sebagai dosen dan pengamat sosial, Esau berharap agar para akademisi lainnya juga mengambil peran aktif dalam membangun narasi yang positif di tengah masyarakat. Ia mengingatkan bahwa dunia pendidikan bukan hanya soal teori di ruang kelas, melainkan juga keterlibatan nyata dalam kehidupan sosial masyarakat.
“Kampus itu bukan menara gading. Akademisi jangan hanya bicara soal buku dan teori. Kita harus turun, mendengar masyarakat, dan berbicara ke pemerintah dengan kepala dingin dan data. Itulah peran intelektual sejati,” katanya.
Di akhir pernyataannya, Esau menegaskan bahwa dukungan terhadap Pemerintah Daerah tidak berarti membenarkan semua kebijakan tanpa kritik. Namun, ia menekankan pentingnya kritik yang konstruktif dan penuh tanggung jawab.
“Kalau pemerintah salah, ya kita koreksi. Tapi koreksi dengan cinta. Kritik dengan niat memperbaiki, bukan menjatuhkan. Saya percaya, Bupati dan Wakil Bupati saat ini punya itikad baik, dan kita harus beri mereka ruang untuk membuktikan kinerjanya,” pungkasnya. (*)