Saumlaki, Jurnalinvestigasi.com - Kampanye pertemuan tatap muka dan dialog yang dilakukan calon Gubernur Hendrik Lewerissa di pasar Tanimbar Raya Saumlaki, 2 November lalu, menjadi pembahasan ramai di tengah-tengah masyarakat lantaran Bupati periode 2007-2017, Bito Temmar, mengkritik keras para calon pemimpin yang melakukan praktik kotor untuk meraih suara, seperti mengumpulkan KTP tentunya dengan iming-iming uang.
Kampanye yang dihadiri ribuan massa pendukung itu membuat riuh dengan teriakan-teriakan tolak politik uang. Salah satu warga Saumlaki yang menolak namanya disebutkan dan hadir di acara itu angkat bicara serta membenarkan kritikan sesepuh Tanimbar itu sebagai bagian dari pembelajaran politik.
Menurutnya wajar dan pantas bapak pembangunan Kepulauan Tanimbar itu menegur keras kandidat yang menggunakan cara kotor meraih suara, termasuk yang disebutkan BST yaitu KTP.
Ia lantas mengklaim kritikan itu dialamatkan juga kepada paslon berSATU (Ricky Jauwerissa dan Juliana Chatarina Ratuanak).
"Banyak yang dengar kalau kritikan BST itu ditujukan ke paslon yang mana?. Yang gencar mengumpulkan KTP kan paslon berSATU", pungkasnya.
"Silakan mengkaji pesan-pesan moral politik seorang BST yang disampaikan sore itu. Otak kosong, tidak terpelajar, hingga dugaan money politic melalui KTP. Itu semua saya menilai dialamatkan ke paslon berSATU. Dan paslon berSATU hadir sore itu di panggung yang mungkin saja merasa seperti ditelanjangi dengan kata-kata BST", ujarnya di salah satu rumah kopi di Saumlaki beberapa waktu lalu.
Tak hanya itu, BST mengajak jangan memilih pemimpin yang hanya memperhatikan keluarga serta kerabat bila kekuasaan melekat pada dirinya. Klaim pernyataan ini lebih mengarah pada paslon ProJo dimana kekuasaan yang baru saja ditinggalkan dinikmati segelintir orang.
Untuk diketahui, paslon berSATU hadir dalam kampanye calon Gubernur Hendrik Lewerissa karena dukungan partai Gerindra dan PSI, selain kabar beredar kalau Juliana Chatarina Ratuanak telah mengantongi KTA partai Gerindra.