Penulis : Agustinus Rahanwarat
Pilkada Tanimbar 2024, jadi sorotan hits. Kali ini, popularitas dan Elektabilitas 5 pasangan calon mulai tampak setelah 2 bulan bersih berkelana mencari dukungan publik. Bila dihitung, lebih dari 30 titik kampanye pertemuan terbatas, tatap muka dan dialog digelar dari desa ke desa oleh para pasangan calon.
Alhasil, popularitas mulai terlihat, elektabilitas mulai terbaca. Pasangan calon nomor 1 mengambil sedikit titik untuk berkampanye, demikian juga pasangan calon nomor 5, sedangkan nomor 2, 3 dan 4 gencar menghabiskan lebih dari 30 titik lokasi kampanye sampai minggu kedua bulan November.
Bergerak dari angka nol, pasangan calon Melkianus-Kelvin kini semakin di puncak kemenangan. Pergerakan tim dan dukungan banyak tokoh mulai mengalir ke pasangan calon yang mengangkat visi kerjakan kesejahteraan tanimbar (KKT) untuk 5 tahun mendatang.
Rupanya peta politik ini terbaca banyak pihak. Saat ini, isu satu golongan mulai gencar dihembuskan dengan maksud agar popularitas dan elektabilitasnya kandas sebelum tanggal 27 November. Isu satu golongan diramaikan lantaran Melkianus-Kelvin merupakan pasangan calon beragama protestan.
Berkaca dari Indonesia sebagai negara yang diakui dunia menjunjung tinggi toleransi beragama padahal memiliki penganut agama Islam terbesar di Asia dan nomor 3 di dunia. Pemimpinnya sama-sama menganut agama Islam, namun toleransi tetap berkembang subur, bahkan Paus Fransiskus dalam kunjungannya pada September lalu sungguh mengapresiasi keberagaman di Indonesia yang terjaga baik hingga saat ini.
Dari Soekarno-Hatta hingga Prabowo-Gibran yang beragama Islam, sepertinya toleransi di Indonesia tak pernah dimasalahkan. Di Tanimbar, hal serupa pernah terjadi. Pilkada 2006 yang dimenangkan oleh pasangan calon Bitzael Temmar dan Barnabas Orno adalah pasangan calon beragama Protestan.
Toleransi tak dipersoalkan dengan begitu rumit. Mengapa tak harus dipersoalkan?. Representasi golongan bukanlah mutlak menjadi jaminan kesejahteraan masyarakat, bukan pula menjadi jaminan toleransi dapat dipupuk dan dipoles dengan baik. Itu semua sangat tergantung pada karakter pemimpin.
Menurut Petrus Fatlolon (Bupati periode 2017-2022), toleransi dapat terjaga melalui tenunan kerukunan yang harus diperjuangkan pemimpin. Itu mutlak terjadi agar minoritas mendapat tempat dan diperlakukan sama sebagai warga negara Indonesia.
Kini Melkianus-Kelvin harus berhadapan dengan isu yang menyerang elektabilitasnya, namun di semua titik kampanye yang digelar, dukungan dari semua pihak malah terus bertambah. Masyarakat Tanimbar sadar bahwa toleransi di Tanimbar tak perlu dipersoalkan dengan posisi calon satu golongan.
Dari Soekarno-Hatta hingga Prabowo-Gibran, dan dari Bito-Abas hingga Melkianus-Kelvin, toleransi antar pemeluk agama yang berbeda tak pernah lagi menjadi persoalan rumit di Negara ini. Pancasila adalah rumah yang mengayomi semua orang yang berbeda-beda.