Saumlaki, Jurnalinvestigasi.com - Politikus terhebat di Maluku, Michael Wattimena, yang kini mencalonkan diri sebagai Calon Wakil Gubernur Maluku mendampingi Murad Ismail, telah mencetak prestasi yang luar biasa dalam membangun provinsi ini selama masa jabatannya sebagai Pimpinan Komisi V di DPR RI.
Dengan latar belakang yang kuat dalam politik dan pembangunan, Wattimena, yang akrab disapa oleh rakyat Maluku sebagai BMW, dikenal bukan hanya karena kepemimpinannya, tetapi juga karena komitmennya yang mendalam terhadap kesejahteraan masyarakat Maluku.
Selama menjabat sebagai pimpinan Komisi V, BMW bekerja sama dengan berbagai kementerian, termasuk Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Perhubungan, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, serta Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas).
Inisiatif-inisiatifnya berfokus pada pengembangan infrastruktur untuk membuka akses ke daerah-daerah yang selama ini terisolasi di Maluku, sebuah provinsi yang dikenal dengan keindahan alamnya namun juga tantangan geografis yang signifikan.
BMW tidak hanya berupaya membangun infrastruktur jalan dan jembatan darat, tetapi juga mendirikan dermaga laut dan bandara, dengan tujuan utama untuk meningkatkan konektivitas dan mobilitas warga—yang merupakan kunci bagi pertumbuhan ekonomi dan sosial di wilayah tersebut.
Salah satu pencapaian terpentingnya adalah perjuangannya untuk mendapatkan anggaran pembangunan Jembatan Merah Putih (JMP), yang kini menjadi simbol kebanggaan masyarakat Maluku, terutama di Kota Ambon. Jembatan ini bukan hanya sekadar infrastruktur, tetapi juga lambang persatuan bagi masyarakat setempat dan konektivitas antar pulau.
Puncak dari segala jerih payah tersebut terjadi pada 4 April 2016, ketika Presiden Jokowi meresmikan JMP. Momen bersejarah ini diwarnai dengan undangan khusus yang diterima BMW dari pemerintah provinsi Maluku untuk mendampingi Presiden. Kehadirannya dalam acara tersebut menunjukkan pengakuan terhadap kontribusinya yang signifikan dalam memperjuangkan proyek tersebut dan menggambarkan sinergi antara pemerintah pusat dan daerah.
Ketika Presiden Jokowi, didampingi oleh Menteri PUPR dan Gubernur Maluku, Said Assgaff, bersiap untuk menekan tombol yang menandai pengresmian JMP, suasana menjadi sangat emosional. Dengan penuh semangat, Jokowi memanggil BMW dengan kata-kata yang mengundang perhatian, "Pak Wattimena mana? Mari kita bersama menekan tombol," ajak Jokowi, menunjukkan betapa pentingnya peran Wattimena dalam proyek monumental itu. Dikutip dari Dinamika Maluku.
Namun, perjuangan Michael Wattimena tidak berhenti di JMP. BMW juga memperjuangkan akses transportasi laut yang lebih baik bagi masyarakat Maluku. Ia mendukung kehadiran kapal-kapal KMP Kalabi dan KMP Marsela, serta sejumlah kapal Sabuk Nusantara, sebagai wujud nyata implementasi konsep tol laut yang diusulkan pemerintah.
Melalui pendekatan strategis ini, BMW ingin memastikan bahwa daerah-daerah di Maluku, termasuk Fak-Fak, dapat terhubung dengan lebih baik. Usulan BMW untuk rute kapal KMP Kalabi dari Fak-Fak ke Seram Utara mencerminkan ketulusannya dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat pesisir.
Dengan diadakannya pelayaran perintis-feeder tol laut, BMW berharap dapat memperlancar distribusi barang dan jasa ke seluruh penjuru Maluku, memberikan kesempatan ekonomi yang lebih baik bagi seluruh lapisan masyarakat.
Dalam konteks ini, penting untuk memahami bahwa pengembangan pelayaran antar pulau di Indonesia, khususnya di wilayah Papua Barat dan Maluku, bukan hanya sekadar tentang pergerakan fisik kapal.
Kapal KMP Kalabi, yang diusulkan oleh BMW, diharapkan bukan hanya memberikan akses transportasi, tetapi juga menjadi simbol keterhubungan antar komunitas yang seringkali terisolasi.
Jalur baru yang membuka rute dari Fak-Fak ke Seram Utara akan menghidupkan kembali tradisi maritim yang kaya, memperkuat ikatan sosial, dan mendukung ekonomi lokal.
Dengan adanya Kapal Sabuk Nusantara yang sudah beroperasi, para pedagang, nelayan, dan warga setempat bisa lebih mudah mengangkut barang dan jasa, sehingga meningkatkan pendapatan mereka dan memfasilitasi pertukaran budaya yang lebih luas.
Sebagai pelopor dalam pelayaran perintis-feeder tol laut, inisiatif BMW ini diharapkan mampu mengurangi ketimpangan yang ada antara wilayah barat dan timur Indonesia, menjadikan akses yang lebih baik sebagai langkah menuju keadilan sosial dan pembangunan berkelanjutan bagi seluruh masyarakat. (*)