Saumlaki, Jurnalinvestigasi.com - Kampanye pasangan calon bupati dan wakil bupati Kepulauan Tanimbar, Ricky Jauwerissa dan Julyana Ratuanak, telah mengundang protes yang signifikan dari masyarakat. Masyarakat merasa tidak puas dengan metode yang digunakan dalam kampanye, yang dianggap kurang menghargai aspirasi warga.
Kekacauan yang terjadi selama kampanye ini semakin memperburuk situasi, menciptakan ketegangan di antara pendukung dan penentang. Jurkam, atau juru kampanye, turut berperan dalam memicu tanggapan negatif, terutama dengan pernyataan yang dianggap provokatif.
Akibat Jurkam Paslon BerSATU menebar fitnah ke Masyarakat Seira Blawat untuk Melkianus Sairdekut sebagai idola di Negeri Seira, tim BerSATU tidak menawarkan pendekatan yang lebih inklusif dan mendengarkan aspirasi masyarakat, akhirnya Protes keras dari masyarakat dan pendukung Paslon MK ini memiliki dampak buruk yang signifikan terhadap citra pasangan calon Jauwerissa-Ratuanak.
Pernyataan tim Calon bupati dan wakil Bupati Ricky Jauwerissa - Julyana Ratuanak saat kampanye untuk masyarakat Seira, "Mereka Buat Hoax dimana-mana, tidak mampu tandingi Pasangan calon ini, Bapak Ibu Kalau tidak senang angkat kaki dari tempat ini. Kalau tidak senang kita Paslon nomor 3 ini berkampanye, silahkan angkat kaki dari tempat ini, belum panas Bapak Ibu, saya baru buka saja ada yang sudah panas,"kata Devota Rerebain.
Rerebain bertanya ke masyarakat, Coblos nomor berapa ? Masyarakat menjawab 2, kemudian Jurkam teriak lagi Coblos Nomor Berapa ? Masyarakat menjawab 2 Manyala Kaka, Jurkam menanggapi, yang lain Iris Leher"
Orasi Politik yang disampaikan Dimas Luanmase juga memicu kekacauan. Dikatakan, Lampu itu mati, PLN itu mati perjuangan pecundang-pecundang siapa yang berjuang, hari ini para otak-otak intelektual tidak ada di tempat ini, mereka hanya menggunakan kalian untuk bikin rusak Seira Blawat ini. Sebagai politikus jenius seharusnya mendidik tim suksesnya untuk tidak mengancam orang lain.
Pernyataan yang disampaikan tidak memberikan pendidikan politik yang baik kepada masyarakat Seira akhirnya memicu reaksi emosional yang kuat dan berujung pada protes yang tidak terkontrol. Seharusnya orasi politik yang disampaikan kepada masyarakat mencakup aspek pendidikan untuk membangun pemahaman yang mendalam tentang isu-isu politik.
Orasi dari Jurkam BerSATU tersebut tidak dilengkapi dengan pendidikan politik yang memadai, sehingga masyarakat hanya mendapatkan informasi yang sepihak dan cenderung emosional. Ketidakpuasan ini mendorong masyarakat untuk melakukan protes terhadap kandidat yang dianggap tidak memenuhi harapan, menciptakan suasana tegang dan konfrontatif.
Protes yang ini berujung pada kekacauan yang merusak, karena emosi yang mengamuk Oleh karena itu, sangat penting untuk meningkatkan pendidikan politik di kalangan masyarakat, agar mereka dapat berpartisipasi dalam kampanye politik secara konstruktif dan mengurangi potensi kerusuhan. (*)