-->

Notification

×

Iklan

Iklan

BMPS Berharap Bagaimana Pendidikan Kota Bekasi Bisa Berkualitas!!

12 September 2024 | 6:00:00 AM WIB | 0 Views Last Updated 2024-09-12T07:14:47Z



Sekretaris BMPS Kota Bekasi, Ayung Sardi Dauly


Kota Bekasi, MJI.COM - Sekretaris Badan Musyawarah Perguruan Swasta (BMPS) Kota Bekasi, Ayung Sardi Dauly nyatakan bahwa dunia pendidikan di kota Bekasi mengalami masa yang paling buruk setelah era pemerintahan Pepen (red: Rahmat Effendi), ungkapnya saat ditemui di sebuah kafe Yabie food drink depan sekolah SMK Patriot 2 Bekasi, Rabu malam, 11/9/2024.


Menurut Ayung yang telah 15 tahun pengabdiannya di BMPS, dirinya juga menilai sekolah swasta turut berperan penting dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan pendidikan namun sayangnya belum sepenuhnya tercover oleh pemerintah.


Peran penting sekolah swasta dalam menyediakan akses pendidikan bagi masyarakat yang tak terakomodir di sekolah negeri.





Hal ini disebabkan oleh sistem PPDB Online yang pernah mendapat predikat terbaik se Indonesia di tahun 2014, dimana pemkot Bekasi dapat penghargaan terbaik untuk PPDB Online 100% yang pertama kalinya dan yang terakhir kali.



Setelah itu di era Tri Adhianto, tata kelola PPDB Online kian memburuk bahkan jauh lebih buruk setiap tahunnya sehingga puncaknya baru bisa sedikit diatasi permasalahannya secara bertahap oleh Pj Walikota, Gani Muhamad.





Sekretaris BMPS Kota Bekasi, Ayung Sardi Dauly, saat diwawancara 


Tujuan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional dan Program utama Presiden RI adalah mewujudkan Indonesia Emas dengan unsur Demografi dimana perlu dipenuhinya sistem pendidikan yang memiliki infrastruktur Fasilitas Pendidikan yang layak.



Perlu ketahui bersama Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2024 kota Bekasi terkesan carut marut dan membuat semua prihatin dengan banyaknya calon peserta didik yang tak lolos masuk SMP negeri.


Terdapat sekitar 60% titipan dewan dan 40% titipan dari PemKot Bekasi.

Namun demikian pihaknya menemukan di lapangan masih ada beberapa siswa yang ditahan karena dijanjikan oleh anggota dewan untuk bisa masuk sekolah negeri.



"Bahwa dalam Peraturan Menteri (PERMENDIKBUD) diatur 32 siswa per Rombongan Belajar (rombel) dalam satu ruang kelas untuk proses belajar mengajar yang ideal."

"Namun di Kota Bekasi dikarenakan adanya kebiasaan titip menitip, jadi dikasih spare 8 siswa berikut dengan titipan dewan dan Pemkot, jadi tahun ini ketemu di angka 40 siswa per rombel." beber Ayung.


"Dari awal 40 siswa akan diupayakan tahun depan itu menjadi 38 per rombel, sehingga diharapkan di tahun-tahun berikutnya akan berkurang secara bertahap jadi 32 kembali seperti yang sudah ditetapkan oleh PermenDikbud." imbuh Ayung.


Sekretaris BMPS Kota Bekasi, Ayung Sardi Dauly menyatakan, ratusan data tersebut berdasarkan analisis jumlah siswa yang bersekolah di Kota Bekasi selama tiga tahun terakhir.


Menurutnya, berdasarkan Jumlah lulusan SD sederajat tiga tahun terakhir di Kota Bekasi konsisten di angka 44 ribu.

Sedangkan, di luar siswa yang melanjutkan di SMP negeri dan swasta, terdapat siswa yang melanjutkan pendidikannya di Madrasah Tsanawiyah, pesantren, dan siswa yang pindah ke luar daerah ikut orang tuanya.


Peran penting kinerja BMPS kota Bekasi telah menuntaskan terdapat dari 700 siswa yang belum bersekolah.

Ayung mengatakan bahwa pihaknya telah menyiapkan beberapa langkah-langkah narahubung yang bisa diakses oleh masyarakat maupun orang tua siswa bilamana kesulitan untuk masuk ke sekolah swasta. Narahubung tersebut tersebar di lima sub rayon yang meliputi 12 Kecamatan di Kota Bekasi.


Ayung menjabarkan bahwa ada tiga kategori sekolah swasta. Pertama sekolah elit, sekolah alit, dan sekolah mewah (mepet sawah). Tentu kategori terakhir bukanlah mewah seperti bayangan mewah anak pejabat yang naik privat jet keluar negeri.

 

Tetapi kata dia, BMPS tidak mengarahkan siswa yang gratis sekolah harus masuk ke sekolah kategori mewah.

Siswa dapat memilih lokasi sekolah sesuai dengan tempat tinggal dan keinginan mereka.


Keterbatasan biaya juga menjadi kendala bagi sebagian besar orangtua menyekolahkan anaknya ke sekolah swasta.

 

Ada kesan bahwa anaknya masuk sekolah swasta itu kalau tidak bayaran, tidak bisa ikut ujian.

Kalau ada tunggakan, sindir siswa di depan siswa lainnya. Bahkan, banyak siswa yang ketika lulus, ijazahnya ditahan karena belum adanya pelunasan.

×
Berita Terbaru Update