-->

Notification

×

Iklan

Pemimpin Padede di Medsos: Berkarakter Otoriter dalam Kepemimpinannya

20 Agustus 2024 | 7:53:00 AM WIB | 0 Views Last Updated 2024-08-20T00:55:25Z


Penulis : Nik Besitimur (Jurnalis Media Jurnal Investigasi)


Karakter seorang calon pemimpin memiliki pengaruh besar terhadap cara mereka memimpin dan berinteraksi dengan masyarakat. Salah satu karakter yang sering dijumpai adalah sifat otoriter. Pemimpin dengan karakter otoriter cenderung tidak menerima kritik dan menunjukkan ketidakmampuan untuk mendengarkan pendapat orang lain. Hal ini adalah ciri khas dari seorang pemimpin Padede, yaitu pemimpin yang hanya menginginkan apa yang mereka yakini tanpa membuka ruang untuk masukan.


Feedback dalam kepemimpinan tidak bisa dipandang sebelah mata. Pemimpin yang tidak mau dikritik berisiko mengabaikan kehendak rakyat, yang dapat menyebabkan kesenjangan antara kebijakan yang diambil dan kebutuhan masyarakat. Dengan mengedepankan sikap otoriter, calon pemimpin tersebut cenderung mengontrol informasi dan tidak transparan dalam pengambilan keputusan. Hal ini dapat menciptakan ketidakpercayaan di kalangan masyarakat, dan membuat individu merasa terpinggirkan.


Lebih jauh lagi, pemimpin otoriter juga sering kali memperlihatkan sifat defensif jika ada kritik yang datang. Sebaliknya, pemimpin yang baik seharusnya berusaha untuk mendengarkan, mempertimbangkan masukan, dan beradaptasi dengan kebutuhan rakyat. Sebuah kepemimpinan yang sehat adalah ketika pemimpin mampu merangkul berbagai pandangan, membangun komunikasi dua arah, dan menciptakan iklim demokratis yang inklusif. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk memilih pemimpin yang menunjukkan sikap terbuka dan dapat menerima kritik demi kemajuan bersama.


Karakter Pemimpin Otoriter, Ciri dan Dampaknya dalam Organisasi

Karakter pemimpin otoriter sering kali menjadi sorotan karena pendekatannya yang cenderung menimbulkan ketidakpuasan di kalangan bawahannya. Pemimpin otoriter biasanya memiliki kecenderungan untuk mengancam bawahan guna memastikan bahwa perintahnya dilaksanakan tanpa perdebatan. Mereka percaya bahwa kekuasaan dan kendali adalah satu-satunya cara untuk mencapai tujuan organisasi, sehingga interaksi yang terjadi biasanya sangat terbatas dan bersifat unidirectional.


Karakteristik utama pemimpin otoriter adalah keterpusatan pengambilan keputusan. Mereka enggan mendengarkan masukan atau ide dari timnya, percaya bahwa hanya mereka yang memiliki pengetahuan dan visi yang tepat. Dalam jangka pendek, mungkin saja pendekatan ini dapat menghasilkan hasil yang cepat; namun, dalam jangka panjang, hal itu dapat menimbulkan berbagai masalah seperti menurunnya moral bawahan, terbentuknya budaya ketakutan, dan berkurangnya inovasi.


Dampak negatif dari kepemimpinan otoriter sangat terasa. Karyawan mungkin merasa tertekan, bahkan takut untuk menyampaikan pendapat atau melaporkan masalah karena khawatir akan reaksi negatif dari pemimpin mereka. Kepercayaan dan kerja sama pun dapat luntur, yang pada gilirannya merugikan produktivitas dan efektivitas tim.


Oleh karena itu, penting bagi organisasi untuk mempertimbangkan gaya kepemimpinan yang lebih inklusif dan kolaboratif. Pemimpin yang mampu menciptakan lingkungan kerja yang aman dan terbuka untuk dialog akan lebih berhasil dalam membangun tim yang solid dan inovatif.


“Jadi, jangan terlalu Padede di grup WhatsApp”

×
Berita Terbaru Update