Saumlaki, Jurnalinvestigasi.com - Paulus Laratmase, Direktur Eksekutif LSM Santa Lusia dan juga Pimpinan Media Suara Anak Negeri memprakarsai pertemuan manajemen Inpex Blok Masela yang membidangi spesialis eksternal relation dengan para jurnalis untuk saling memaafkan di RM. Minimalis, Jln. Ir. Soekarno Saumlaki, Kabupaten Kepulauan Tanimbar. Jumat (26/7/24) siang
Dirinya baru saja kembali dari Jakarta sempat mengadakan pertemuan dengan pihak manajemen INPEX blok masela dan menemukan sejumlah hal yang seharusnya dia sudah kembali ke Papua, tetapi merasa punya tanggung jawab moril untuk harus berada di Tanimbar agar tidak ada lagi terjadi kesalahpahaman.
Yang pertama urainya, memberitahukan kepada rekan-rekan jurnalis yang menulis berita secara pribadi sebagai anak Tanimbar dirinya bangga karena jurnalis berani menulis dan tidak ada kepentingan apapun di balik itu
Lanjutnya menjelaskan, persoalan utama dan prinsip adalah Inpex Blok Masela tidak pernah memberikan wewenang kepada siapapun termasuk spesialis external relation, Aron Kelitadan untuk membuat pernyataan pers atau mengklarifikasi pemberitaan yang terkait dengan Inpex Blok Masela.
“Kita perlu bangga karena Aron Kelitadan anak Tanimbar yang dipercayakan di Inpex, tetapi memang tidak diberi wewenang untuk membuat pernyataan pers mengklarifikasi semua berita yang ada, Aron bukan kepala perwakilan Inpex di Tanimbar, tidak ada sebuah surat keputusan atau tanda tangan yang menyatakan Aron adalah kepala perwakilan Inpex di Tanimbar.” Tegasnya.
Sambungnya mengurai, inilah sebabnya semua pihak salah pengertian karena semua telepon dan wa dari para jurnalis kepada manajemen spesialis external relation sama sekali tidak mendapat konfirmasi pers sehingga mengundang jurnalis berpikir negatif terhadap Aron Kelitadan bahwa dia tidak mampu mengklasifikasi semua media yang dipublish oleh wartawan.
“Inpex tidak pernah memberi kuasa SOP sebagai corong Inpex untuk berbicara kepada Aron Kelitadan, jangankan tertulis lisan pun tidak boleh akhirnya saya tetap menulis sesuai data dan fakta.
Aron pun serba salah, berani buat pernyataan berarti dipecat Inpex.” Imbuhnya.
Selanjutnya Aron Kelitadan pun merasa terharu dengan pernyataan permohonan maaf dari Paul Laratmase mewakili semua rekan-rekan jurnalis, Aron pun menyatakan permohonan maaf kepada rekan-rekan jurnalis karena persoalan yang terjadi ini bukan dirinya benar atau salah tetapi karena batasan pada dirinya dalam manajemen Inpex.
“Memang di internal Inpex itu posisi saya adalah spesialis eksternal relation, hal-hal terkait dengan media di posisi corporate communication, saya tetap berusaha punya energi untuk bertemu bersama jurnalis walaupun secara pribadi dengan membaca semua tulisan berita, cukup sakit, tetapi saya harus mau bagaimana lagi, saya harus bertanggung jawab terhadap pekerjaan saya.” Keluhnya
Sambungnya menjelaskan saat ini posisi corporate communication tidak ada, sehingga dirinya mengambil alih fungsi itu tetapi hanya terbatas untuk support pekerjaan tertentu, bila terkait dengan pekerjaan press release, memberikan statement kepada media sama sekali tidak diperbolehkan.
Aron sempat membeberkan beberapa peristiwa seperti persoalan pulau Nustual, dia mendapat teguran keras padahal hanya dengan respon wa, lalu ada oknum yang tidak memahami fungsinya sehingga wa dijadikan dalam satu pemberitaan dan dirinya mendapat teguran keras manajemen Inpex, sehingga dia mencoba memproteksi diri, menerima kenyataan dan tidak mau lagi memberikan komentar apapun kepada media.
“Saya juga pernah mendapat teguran keras terkait dengan program stunting bantuan untuk masyarakat desa, ada media yang memberitakannya padahal saya tidak memberikan pernyataan pers.” Ujarnya.
Dengan tekad dan berjiwa besar Aron menggarisbawahi bahwa sama sekali dirinya tidak punya persoalan apapun bersama teman-teman jurnalis karena dia mengaku sangat memahami tugas jurnalis yaitu menulis dan memberitakan apa yang disampaikan oleh narasumber kemudian untuk supaya pemberitaan itu berbobot tentunya akan mengkonfirmasi pihak terkait.
“Saya punya beban moril untuk mencoba follow up ke pihak manajemen Inpex dapat menghadirkan manajemen corporate communication yang membidangi media tetapi sampai saat ini belum ada informasi sehingga saya perlu menggarisbawahi kepada manajemen Inpex bahwa dengan adanya polemik seperti ini, sudah saatnya ada posisi membidangi media sehingga komunikasi dengan media dapat berjalan baik.”
Mantan ketua PWI Djefri Ranglalin, yang hadir, turut membenarkan bahwa Aron bukanlah perwakilan Inpex Blok Masela, sehingga tidak bisa memberikan pernyataan pers tetapi kemudian dari pihak jurnalis telah begitu banyak mendapat tekanan dari narasumber untuk informasi bisa disampaikan ke publik sehingga dalam penulisan feature berita RRI bahwa Pak Aron tidak bisa menghadiri undangan dari narasumber.
Dalam kesempatan itu pula Jefri mewakili rekan-rekan jurnalis menyadari akan kesalahpahaman ini dan sebagai anak Tanimbar yang kental dengan tradisi Duan Lolat turut menyampaikan permohonan maaf kepada Aron Kelitadan.
Pertemuan berlangsung penuh keakraban, kekeluargaan dan di kesempatan itu pula. Yan Watumlawar, sosok jurnalis kawakan di Tanimbar mendorong agar permohonan maaf jangan hanya sebatas di mulut saja tetapi harus disertai dengan tindakan nyata.
“Kami lima orang ini yang punya berita tembus sampai di SKK migas, kami mohon maaf terhadap saudara Aron bahwa ternyata Aron tidak bersalah dan kami pun tidak bersalah, kami mohon maaf kepada kami punya adik dan anak Aron, selanjutnya permintaan kami kepada SKK Migas, kalau sayang kami di Tanimbar, tolong tetapkan Aron Kelitadan sebagai Kepala Perwakilan Inpex resmi di Kepulauan Tanimbar.” Ucap Yan.
Mengakhiri pertemuan, Yang mengajak rekan-rekan bangkit secara serentak berjabat tangan dan memeluk Aron kelitadan penuh haru campur gembira serta diakhiri dengan foto bersama.
Hadir dalam pertemuan itu, Ketua Pemuda Mandriak, Liberatus Fenanlampir, SE, selaku tokoh adat turut memberikan apresiasi pertemuan itu dan memberi dukungan doa bagi keberlangsungan proyek nasional Inpex blok masela.
turut hadir sejumlah jurnalis dari berbagai media yang penugasan liputannya di wilayah kepulauan Tanimbar antara lain, Novy Kotngoran (Dharapos), Welem Lodarmase (mitramabestnipolri), Nikolas Besitimur (media jurnalinvestigasi), Bayu Saputro (media jurnalinvestigasi) Olivia Bwariat (kabar21.com), Johanis Kopong (suara anak negeri), Yanto Samangun (sentralpolitik), Ewin Masela (satyabhayangkara) (*)