Oleh : Nik Besitimur
Jurnalis Media Jurnal Investigasi
Orang yang tidak tahu berterimakasih dan menganggap dirinya penuh kebenaran adalah sifat atau karakter yang tidak diinginkan di dalam masyarakat. Orang seperti ini cenderung tidak menghargai bantuan atau kebaikan yang diberikan oleh orang lain kepada mereka. Mereka berpikir bahwa mereka sudah berhak mendapatkan apa yang mereka inginkan dan menganggap bahwa itu adalah hal yang wajar.
Sikap tidak menghargai ini sering kali membuat orang yang memberikan bantuan merasa diabaikan atau dianggap remeh. Mereka mungkin merasa kecewa dan bahkan kecewa dengan kelakuan orang yang tidak tahu berterimakasih ini. Dalam jangka panjang, hal ini dapat merusak hubungan interpersonal dan mengurangi dorongan orang lain untuk membantu mereka di masa mendatang.
Selain itu, sikap merasa penuh kebenaran juga menjadi masalah yang berkaitan dengan kurangnya kesadaran diri dan kegagalan untuk mengakui kesalahan. Orang yang tidak tahu berterimakasih dan menganggap dirinya penuh kebenaran cenderung sulit menerima kritik atau masukan dari orang lain. Mereka merasa bahwa pendapat dan tindakan mereka adalah yang terbaik, sehingga menutup diri terhadap perspektif dan sudut pandang baru.
Hal ini dapat menghambat perkembangan personal dan profesional orang tersebut. Pengakuan dan penghargaan terhadap kesalahan dan kelemahan adalah hal yang penting dalam pertumbuhan dan pembelajaran seseorang. Dengan tidak mau mengakui kesalahan, orang tersebut mungkin akan terjebak dalam sikap yang membatasi kemampuan mereka untuk berkembang dan bersikap lebih baik.
Merasa Diri Paling Benar
Keadaan ini juga dapat berdampak negatif pada hubungan sosial mereka. Ketika orang yang tidak tahu berterimakasih dan menganggap dirinya penuh kebenaran tidak bisa menerima kritik atau pandangan yang berbeda, hubungan mereka dengan keluarga, teman, dan rekan kerja dapat menjadi tegang dan terganggu. Kesalahpahaman dan konflik sering kali muncul akibat ketidakmampuan mereka untuk berkomunikasi dengan baik dan fleksibel.
Oleh karena itu, penting bagi individu tersebut untuk belajar mengembangkan sifat-sifat seperti rasa terima kasih dan keterbukaan terhadap kesalahan. Menerima dan menghargai bantuan serta mengakui kesalahan adalah langkah penting dalam membangun hubungan yang sehat dan harmonis dengan orang lain. Selain itu, penting juga untuk menghargai perspektif dan pendapat orang lain, karena hal ini dapat membuka pintu bagi pertumbuhan dan pembelajaran yang lebih baik.
Dalam kesimpulannya, sifat tidak tahu berterimakasih dan menganggap dirinya penuh kebenaran dapat memiliki dampak negatif yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan seseorang. Kekurangan kesadaran diri, kurangnya penghargaan terhadap bantuan orang lain, dan ketidakmampuan untuk menerima kritik adalah beberapa karakteristik yang terkait dengan perilaku ini. Oleh karena itu, penting bagi individu tersebut untuk mengembangkan sifat-sifat positif seperti rasa terima kasih dan keterbukaan terhadap kesalahan, yang dapat meningkatkan hubungan interpersonal dan pertumbuhan pribadi.
Batasi Interaksi
Untuk menjauhi orang yang tidak tahu membalas budi dan egois, pertama-tama kita perlu mengidentifikasi mereka terlebih dahulu. Biasanya, orang-orang seperti ini cenderung tidak peduli dengan kebutuhan dan perasaan
orang lain. Mereka mungkin sering
meminta bantuan kita tanpa
mengucapkan terima kasih atau
bahkan melupakan janji yang telah
dibuat sebelumnya. Mereka jarang
memperlihatkan rasa empati dan tidak memiliki kesadaran akan pengaruh negatif yang mereka berikan kepada orang lain.
Setelah mengidentifikasi orang-orang tersebut, langkah berikutnya adalah dengan membatasi interaksi dengan mereka. Hal ini bisa dilakukan dengan mengurangi frekuensi pertemuan, memilih untuk tidak terlibat dalam aktivitas bersama, atau bahkan menghindari mereka sepenuhnya jika memungkinkan. Namun, jika ada situasi di mana kita tidak bisa menghindar dari mereka, penting untuk menggunakan strategi komunikasi yang efektif agar tidak terjebak dalam siklus negatif yang mereka ciptakan.
Selain itu, penting juga untuk
memperkuat batasan pribadi dan
melindungi diri sendiri dari pengaruh negatif mereka. Hal ini dapat dilakukan dengan mengembangkan self-care yang sehat, seperti menjaga pola tidur yang baik, berolahraga secara teratur, dan menghabiskan waktu dengan orang-orang yang positif dan mendukung. Dengan melakukan ini, kita dapat membangun kekuatan emosional yang diperlukan untuk menghadapi situasi sulit dengan orang-orang yang tidak tahu membalas budi dan egois.
Dalam menjaga kesehatan emosional dan kebahagiaan kita, menjauhi orang yang tidak tahu membalas budi dan egois dapat menjadi langkah yang penting. Meskipun sulit untuk melihat orang lain dengan sikap egois atau tidak memperhatikan perasaan orang
lain, mengutamakan diri sendiri dalam situasi ini adalah kunci untuk tetap bahagia dan menjaga kesehatan mental kita. (*)