Jurnalinvestigasi.com, Saumlaki - Andre Liem (35) pengusaha muda ternama di kota Saumlaki, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Provinsi Maluku akhirnya angkat bicara terkait dugaan penimbunan beras mengakibatkan kelangkaan beras di pasaran kota Saumlaki, Kepulauan Tanimbar.
Pengusaha muda Andre pemilik Toko Sinar Mas kota Saumlaki yang dikenal ramah, familiar dan komunikatif, ketika ditemui media ini membeberkan mata rantai distribusi beras yang kompleks terjadi selama ini. Selasa (11/12) siang.
Dugaan Distributor/ pengusaha sengaja menahan penjualan beras hingga terjadi kelangkaan beras, Andre spontan meluruskan bahwa itu tidak benar dan menurutnya menahan beras tidak ada gunanya, disimpan akan rusak, justru pengusaha butuh perputaran modal, harus segera bisa terjual.
“ Jual sekarang, harga bagus, jadi tidak benar distributor tahan beras. Saat ini benar-benar beras kosong. Sebelumnya bulan-bulan lalu beras tidak laku sama sekali, karena langganan kebanyakan carinya hanya beras bulog” imbuh Andre tenang.
Kelangkaan beras yang terjadi saat ini adalah rentetan peristiwa yang terjadi beberapa bulan lalu, dimana secara mengejutkan daya beli masyarakat menurun jauh terhadap beras yang disediakan pengusaha ini mulai dari jenis beras medium dan beras premium dalam kemasan 5 kg, 10 kg, 19 kg dan 50 kg.
Sontak pengusaha ini pun ingin tahu penyebabnya, ternyata fakta di lapangan dari pelanggan dan masyarakat banyak yang beralih ke beras Bulog, dengan perhitungan beras bulog kualitas sudah bagus, harga lebih murah dan mudah didapatkan di sejumlah Mitra Bulog dan Kios-kios di pasaran kota Saumlaki.
“ Kami bingung, saat itu stok sekitar 4000 sampai 5000 krg beras kurang jalan, apalagi beras karung kuning sama sekali tidak terjual, daya beli menurun jauh, tahun lalu bisa sampai 200 sampai 300 ton terjual, tahun ini hanya sekitar 20 sampai 40 ton yang terjual, setahu saya beras Bulog adalah stok beras daerah, yg akan menjaga ketahanan pangan rakyat, tapi yang membingungkan saat beras pengusaha banyak di pasaran, beras Bulog banyak juga beredar di pasaran” jelas Andre heran.
Kendati hadapi situasi sulit, Andre sempat booking beras ke Tanimbar sebanyak-banyaknya tapi hanya dapat 2 kontener saja, itupun beras dari makassar karena harga beras Surabaya sudah melambung tinggi akibat gagal panen berkepanjangan di Pulau Jawa.
Lanjut Andre, akibat harga beras Surabaya melambung tinggi, maka inisiatif Andre datangkan beras dari Makasar lalu dikirim ke surabaya, kemudian dengan kapal Telmas kirim lagi ke Saumlaki, hingga terjadi dobel biaya angkutan, namun perhitungan Andre masih lebih murah dibanding beli beras di Surabaya. Tandasnya.
“ Saat ini sudah tidak ada Kapal Tol Laut sampai tahun depan. Biaya kontainer reguler Rp.24.000.000 juta daya muat kontainer 20 ton saja, beda dengan zamannya kapal Mentari per kontainer bisa muat sampai 25 ton. Estimasi perkilo beras naik Rp.1.500,- menjadi Rp.14.000,- per kilonya.itupun masih aman karena dimuat dengan kontainer.” sambungnya.
Kepala Gudang Bulog Saumlaki, Ronald Tuhilatu sempat dihubungi media ini menjelaskan terkait peredaran beras Bulog di pasaran bebas kota Saumlaki yang bukan Mitra Bulog adalah kewenangan Disperindag Kabupaten Kepulauan Tanimbar untuk menertibkannya.
Mengakhiri perjumpaannya dengan media ini, Andre optimis sebagai Distributor/pengusaha sudah menjadi tugas antisipasi ketersediaan barang dalam rangka menjelang akhir tahun dan sudah pasti seperti terigu, gula, minyak goreng dan lainnya selama ini terpenuhi dengan baik. Tutupnya. (Joko)