-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Perkemi KKT Aktifkan 2 Dojo di Saumlaki, Siapkan Atlet Kempo Jelang Popmal 2025

09 November 2023 | 10:54:00 AM WIB | 0 Views Last Updated 2023-11-11T14:29:17Z

 

Adiyanto Nahur Karateker wilayah Shorinji Kempo di Kepulauan Tanimbar

Saumlaki, Jutnalinvestigasi.com - Persaudaraan Shorinji Kempo Indonesia (PERKEMI) Kabupaten Kepulauan Tanimbar resmi membuka 2 Dojo di Saumlaki dalam rangka mempersiapkan atlet Kempo untuk mengikuti event Popmal pada tahun 2025.

Shorinji Kempo merupakan salah satu cabang olahraga seni bela diri tertua di dunia yang berasal dari Jepang dan jadi populer di Indonesia.


Adiyanto Nahur Sebagai Karateker Shorinji Kempo di Kepulauan Tanimbar mengatakan, dirinya akan membenahi Kepengurusan dan juga mempersiapkan para atlet di Tanimbar dengan baik agar dapat mengikuti event Popmal pada tahun 2025 dan optimis untuk kembali memboyong sejumlah medali emas seperti tahun-tahun sebelumnya. 

 

“Di Kempo Kepulauan Tanimbar kami mempunyai tujuan untuk membentuk mental dan karakter generasi bangsa dan untuk mempersiapkan atlet Kempo KKT dalam menghadapi kegiatan pada event Provinsi maupun Nasional, Sekarang ini Persaudaraan Shorinji Kempo Indonesia (PERKEMI) KKT telah Mengaktifkan 2 Dojo yakni Dojo SMK Negeri 6 Tanimbar Selatan dan Dojo SMP Lermatang,”jelas Aditia kepada Wartawan di Kediamannya. Kamis, (9/11/2023)


Peserta Popmal III Provinsi Maluku

Dirinya sebagai simpai dan juga pelatih kepala yang merupakan penanggung jawab Perkemi KKT yakni, Beladiri Kempo dapat memberikan sumbangsi bagi daerah dan masyarakat Tanimbar melalui generasi muda Bangsa yang dilatih secara disiplin untuk meraih Prestasi. Khususnya generasi muda KKT dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi era persaingan di bidang olahraga agar mampu bersaing dengan daerah lain. Pungkasnya.


Dikutip dari Kempo UGM, Sejarah Kempo asal dari Jepang yang merupakan olahraga beladiri tertua di dunia bahwa Pada tahun 550 SM, seorang pendeta Buddha yang ke-28, yaitu Dharma Taishi, pindah dari tempat tinggalnya di Baramon, India ke daratan China.


Beliau menetap di sebuah kuil yang bernama Siau Liem Sie atau lebih dikenal dengan nama Shorinji yang terletak di provinsi Kwa-Nam.


Dalam perjalanannya dan pengembaraannya, Dharma Taishi menyebarkan ajaran agama Budha. Tidak sedikit tantangan, ancaman dan hinaan yang dialaminya yang nyaris menghilangkan nyawanya.


Dari pengalaman itulah, muncullah anggapan dalam dirinya bahwa seorang calon Biksu sebaiknya juga melatih ketahanan jasmaninya, di samping membersihkan rohaninya untuk mencapai nirwana setelah bersemedi.


Dalam ajaran agama Budha, dikatakan bahwa hidup itu berasal dari keadaan "kosong" atau "tiada". Namun, oleh Dharma Taishi pernyataan tersebut dilengkapinya, bahwa tidak gunanya menjadi "kosong" atau "tiada" atau "suci" jika tidak bisa membela sesama manusia yang ditimpa kemalangan.


Selama di India, Dharma Taishi pernah belajar ilmu beladiri tradisional india, yaitu indo Kempo (silat India). Karena banyaknya tantangan yang dihadapi dalam pengembaraannya di Cina maka ia mempelajari pula berbagai aliran silat China Kuno.


Selama bertapa 9 tahun ia bertekad menyusun ilmu mempertahankan diri dan dimasukkan sebagai syarat dan mata pelajaran bagi calon pendeta Budha.


Sejak itu, ilmu beladiri yang ditemukannya telah menjadi bagian dari pendidikan keagamaan pada Zen Buddhisme. Dharma tetap beranggapan bahwa semua pengikutnya haruslah berfisik kuat guna melanjutkan usaha menyebarluaskan ajaran agama Budha ke penjuru dunia yang dirasanya cukup berat.


Dalam cerita klasik Cina, sering dijumpai nama Tatmo Cowsu. Nama ini tidak lain adalah Dharma Taishi sendiri, yang menciptakan seni beladiri Shorinji Kempo atau Siauw Liem Sie Kung Fu.

            

Seni Beladiri ini secara khusus dilatih kepada para calon Biksu didikannya, dan diajarkan secara rahasia di dalam kuil Shorinji. Selain anggota tidak boleh melihat atau masuk ke dalam kuil. Namun keampuhan seni Bela Diri ciptaannya itu dengan cepat pula menjadi buah bibir masyarakat sekitarnya, bahkan menyebar secara luas di daratan tiongkok china.


Seperti dilansir dari detik.com bahwa, sejarah kempo di Indonesia, dibawa oleh para mahasiswa yang melakukan studinya di Jepang pada kurun waktu awal tahun 60-an. Tiga aktor utamanya adalah Utin Sahras (almarhum), Indra dan Ginanjar Kartasasmita.


Mereka semua adalah murid langsung dari Sho Dosin yang membawa Kempo dari Cina. Diceritakan Sensei Indra yang merupakan Guru Besar Kempo Indonesia kepada wartawan di acara penataran kempo untuk wartawan olahraga di Cisarua, Jumat (14/1/2005), kempo adalah seni beladiri tertua dan merupakan akar dari seni beladiri lainnya seperti Karate, Jujitsu, Aikido dan Judo.


Sejarahnya Kempo sendiri sebenarnya dimulai dari India ketika Pendeta Budha bernama Dharma Taishi yang ingin menyebarluaskan ajaran agama Budha di negeri itu. Namun, karena banyak ancaman fisik ia mempelajari semacam silat India (Indo Kempo).


Pindah ke Cina, Indo Kempo ini diserap oleh Shaolin (orang Jepang melafalkannya menjadi Shorinji Kempo). Berkembang pesat di masyarakat Cina tapi para pengikut Dharma Taishi ini malah menjadi incaran para penjajah dan akhirnya dibunuh. Sebagian yang lolos mengajarkan kepada para pedagang di Okinawa, Taiwan dan Muangthai.


Dua teknik utama, Goho (memukul, menendang dan menangkis) dan Juho (teknik lunak). Teknik Goho di Muangthai berkembang menjadi Thai Boxing dan di Okinawa melahirkan seni beladiri Okinawate yang kemudian dikenal dengan nama Karate.


Sementara Juho yang di pulau-pulau Jepang lainnya mempengaruhi seni beladiri setempat seperti Jujitsu, Aikido dan Judo. Barulah Shorinji Kempo yang asli di didirikan di kota Tadotsu Provinsi Kagawa, Jepang, oleh Sho Dosin.


Seorang pemuda Jepang yang di tahun 1928 lari dari induk asukannya dan mengembara ke daratan Cina selama 17 tahun, yang tentunya mendalami Kempo. Kurang Populer Asli beladiri berarti ada teknik mematikan.


Bisa dibilang, Kempo penuh dengan jurus yang bisa melumpuhkan lawan dan karenanya seni beladiri ini bersifat tertutup. Buktinya, Sensei Indra mengatakan dirinya pernah dipukul gara-gara mengintip latihan di sebuah Dojo.


Organisasi Kempo Dunia (World Shorinji Kempo Organization) pun sepakat tidak menginginkan Kempo kehilangan jati dirinya sebagai seni beladiri, bukan menjadi olahraga. Alhasil, jika ingin dipertandingkan di SEA Games nanti beberapa teknik yang mematikan dilarang dimainkan. 


"Ini sudah menjadi kesepakatan semua negara yang menjadi anggota Kempo dunia karena seni beladiri Kempo akan hilang berganti dengan sportivitas yang dijunjung olahraga sehingga faktor beladiri yang diutamakan menjadi hilang," tandasnya. (Nik Besitimur)

×
Berita Terbaru Update