MEDIA JURNAL INVESTIGASI.COM-saat seorang anak pemulung memberi kabar bahagia kepada ibunya yang sedang mencari rongsokan
Anak pemulung itu adalah pemuda bernama Alfin.
Melalui akun TikTok @afindnoyan, ia mengunggah detik-detik memberi kabar bahagia kepada sang ibu pada Kamis (9/11/2023).
Ketika itu, ibunya baru saja pulang seusai mencari barang rongsokan.
Alfin lantas memberi tahu ibunya jika ia baru saja berhasil mendapatkan beasiswa S2.
"Ceritanya ibu baru pulang cari rongsok dari dini hari sampai pagi ini dan aku mau berangkat kerja.
Karena baru bertemu ibu jadi baru aku kasih tau paginya ini," tulisnya membuka ceritanya yang akan memberi kejutan untuk ibunya tersebut.
Dalam video tersebut, Alfin memperlihatkan pengumuman kelulusannya di handphone kepada sang ibu.
Setelah melihat pengumuman bahwa anaknya mendapat beasiswa S2, ibunya pun tak kuasa menahan haru.
Sang ibu langsung memeluk Alfin dengan mata berkaca-kaca.
Tak lama kemudian, tangis sang ibu pun pecah.
Ibunya terlihat masih tidak percaya dengan kejutan dari anaknya tersebut yang lolos dapat beasiswa S2.
Bahkan selama ini tak terbayangkan olehnya sang putra bisa menempuh pendidikan ke jenjang lebih tinggi tanpa membayar sepeser pun.
Tak hanya itu, Alfin juga menceritakan berbagai hal yang telah dialaminya selama mengikuti seleksi beasiswa LPDP tersebut.
Tanpa disangka akhirnya, ia lolos dan mendapatkan beasiswa yang ia impikan.
Unggahan itu pun langsung dibanjiri komentar netizen yang ikut terharus dengan kisah Alfin.
"keren ka semoga gw bisa kaya lu ka," tulis @Diana
"MASYAALLAH, SELAMAT KA ALVIN, TERIMAKASIH TELAH MEMOTIVASI BANYAK ORANG DALAM HAL PENDIDIKAN TERMASUK AKU." sahut @alyash.store.
"mas berbahagialah anda mempunyai ibu yg sangat hebat.. hebab mendidik anaknya agar selalu punya cita cita mimpi yg tinggi. tidak semua orang tua sprt." kata @nennna
Kisah menyentuh lain juga datang dari seorang pelajar bernama Soleh Eko Wibowo.
Siswa SMK di Gunung Kidul ini jadi sorotan setelah kisah hidupnya viral di media sosial.
Kegigihannya di tengah keterbatasan lah yang membuat banyak orang kagum.
Soleh Eko Wibowo bukanlah siswa SMK biasa.
Ia juga bekerja sebagai pemulung demi membiayai kebutuhan sekolah dan menambah uang jajan.
Sepulang sekolah, Soleh tak langsung pulang ke ruma.
Ia menuju ke belakang sekolah untuk mencari barang bekas, seperti botol, dan gelas bekas minuman ringan.
Satu persatu sampah dia singkirkan untuk mencari barang pilihannya.
Setelah satu kantong besar penuh, dirinya mengambil sepeda berwarna putih pemberian salah seorang guru sekolahnya.
Soleh menempuh perjalanan sekitar 15 km menuju rumahnya.
Dia sempat berhenti untuk mengambil gelas minuman ringan dan dimasukkan ke wadah plastik.
Saat menanjak, Soleh mengayuh sepedanya sambil berdiri agar lebih ringan.
Sejumlah ibu-ibu yang sedang duduk di pinggir jalan sempat menyapa Soleh, saat dia mengayuh sepedanya menuju ke rumah di Padukuhan Jeruklegi, Kalurahan Katongan, Kapanewon Nglipar.
Awal sekolah, dia lakoni dengan berjalan kaki, sejak dua tahun diberi sepeda oleh guru, dan warga.
"Tidak malu, nanti barang bekas ini dikumpulkan di rumah, lalu setelah banyak dijual. Biasanya dapat antara Rp15.000 sampai Rp 25.000 kadang lebih kadang kurang," ujar dia.
Tak hanya sepulang sekolah, siswa kelas XII Jurusan Bisnis Daring dan Pemasaran ini menghabiskan waktu libur untuk memulung sampah.
Bahkan sampai ke wilayah Kapanewon Ngawen.
Meski tidak banyak hasil yang didapatkan, hal ini cukup membantu untuk biaya jajan dan kebutuhan sekolah.
Tumbuh dalam keluarga dengan keterbatasan ekonomi tak membuatnya menyerah.
Ibunya bekerja sebagai tukang kebun, serta menjual makanan jika ada pesanan, dan ayah sambungnya buruh bangunan.
"Ya untuk jajan dan beli kuota," kata Soleh.
Soleh tak memiliki cita-cita yang muluk, dirinya setelah lulus ingin menjadi kreator konten atau berjualan angkringan.
Saat ini dirinya sudah merintis membuat akun media sosial yang berisi tentang animasi dan komik.
"Dulu YouTube saya sudah 500 pengikut, tapi hilang. Sekarang mulai lagi, baru 70-an pengikut," kata dia.
Kepala Sekolah SMK Teruna Jaya 1 Gunungkidul, Supater Murbo Prihadi, mengatakan Soleh berasal dari keluarga yang kurang mampu. Soleh tergolong siswa biasa, tetapi memiliki ketekunan.
Ia membenarkan bahwa siswanya tersebut sering mengambil barang bekas untuk dijual sepulang sekolah. Untuk meringankan pembiayaan sekolah Soleh sudah mendapatkan bantuan dari donatur.
Selain itu, lanjut Supater, siswa kelahiran 27 September 2003 itu terlebih dahulu menghabiskan waktu sekitar satu jam memanfaatkan wifi sekolah untuk mengedit animasinya.
Pihak sekolah mendukung hobinya tersebut, diharapkan hobinya tersebut dapat menambah pendapatannya sebagai kreator konten.
"Dia betah di sekolah, pas sudah jam pulang dia manfaatin wifi dulu untuk buat animasi dan komik," kata Supater.
Dia berharap, anak didiknya ini bisa sukses dan membantu perekonomian keluarganya.