JAKARTA,MEDIA JURNAL INVESTIGASI.COM-Saat pengajian di alun-alun Blitar mubaligh muda Muhammad Iqdam Kholid alias Gus Iqdam mendapatkan sebuah Surat cinta dari jemaahnya yang beragama Hindu.
Kala itu suami Ning Nila Lirboyo itu tampak menangis. Sambil memegang kertas berwarna putih di tangan kiri, matanya mulai berair seperti bendungan yang hendak jebol.
Namun dengan sekuat tenaga ia menahannya.
"Jane aku arep nangis, tapi isin," kata Gus Iqdam yang sebenarnya mau nangis tapi merasa malu, seperti yang ditayangkan di TikTok akun @sahabat_gusiqdam_pusat
Sebenarnya apa isi surat yang ditulis oleh jemaah bernama wahyu yang beragama Hindu pula, namun hampir membuat Gus iqdam menangia.
Simak dialog Gus Iqdam bersama konten kreator yang membuat konten Gus Iqdam saat pengajian ini.
"Yu kamu agamanya apa, biar semua tahu lho," tanya Gus Iqdam di depan ribuan jemaah.
"Kulo Hindu dari lahir gus," jawabnya singkat.
"Sak keluarga, sak bojomu?," tanya Gus Iqdam lagi.
"Inggih gus, tapi bojo kulo sederenge Kristen," jawab Wahyu.
"Oh bojomu Kristen terus mlebu Hindu?," tanya gus yang viral dengan jargon dekengane pusat ini.
"Inggih tumut kulo," jawab Wahyu yang artinya, iya ikut saya.
Dalam kesempatan tersebut suami Ning Nila ini meminta agar Wahyu bercerita apa pekerjannya selama ini, agar diketahui jemaah yang hadir termasuk para pejabat yang ada di panggung.
"Yu crita pekerjaanmu apa," pinta Gus Iqdam.
"Pekerjaan kulo nyoting untuk YouTube," ujar Wahyu singkat.
"Pak Kapolres, Wahyu ini kerja ikut orang untuk buat konten, punya bos suruh cari konten. Dia memutuskan kalau saya ngaji di luar, dia sering ngonten saya. Kamu ikut saya sudah berapa bulan Yu?," jelas Gus Iqdam, seraya menanyakan kebersamaan dirinya dengan wahyu yang sudah berapa lama.
"Kulo kit jamane njenengan dereng viral gus," jawab Wahyu yang malam itu berpeci hitam.
"Karepmu, iki kan ngene to, termasuk sing viralkan njenengan kulo Gus. Ngerti ngerti karepmu. Bahasamu alus tapi Yu. Yo wis ampun, nyerah aku, aku Yo anak buahmu," ujar Gus Iqdam dengan dibumbui kelakar tawa.
"Berarti udah bertahun-tahun ya Yu," timpal Gus Iqdam.
"Enggih," ucap Wahyu.
"Padahal dia Hindu, tapi saya ngaji di mana saja dia ikut. Setiap saya ngaji, dia paling ndengarkan saya ngaji. Daripada muslim tukang konten lainnya, ada yang ngupil, korek-korek kuping. Wahyu paling serius, duduk. Pernah saya tanya kamu kenapa, mikir apa, sini pikir bersama," papar Gus Iqdam
"Lha ini malah nyurati saya," ujar Gus Iqdam.
Begini isi surat wahyu.
Gus ngapunten ngrepoti, badhe tangled, nek njenengan mboten repot, mbenjing Senen, malem selasa mantun rutinan, kulo kalih seteri, lan yoga kulo nedhi tulung Njenengan syahadatne.
Kulo badhe tumut ajarane Kanjeng Nabi Muhammad SAW
Wahyu Hindu
Intinya, Wahyu meminta izin kepada Gus Iqdam jika sehabis rutinan, senin malam, dirinya bersama istri dan anaknya minta tolong untuk disyahadatkan. Wahyu ingin ikut ajaran Kanjeng Nabi Muhammad SAW.
Gus Iqdam pun menanyakan, kenapa harus menunggu Senin malam. Menurut Wahyu dikarenakan anaknya sedang sakit, sehingga menunggu hari Senin tersebut.
"Yo aku ra mekso aku ra mekso, sir mu Senen, kalau saya ada di mana nanti saya tak pulang demi kamu," ujar Gus yang juga munculkan jargon wonge teko ini.
JEMAAH HINDU MENGAKU SENANG MENGIKUTI PENGAJIAN GUS IQDAM.
Saat ditanya kenapa memilih Islam sebagai agamanya, Wahyu mengaku sejak ikut dakwah Gus Iqdam, hidupnya semakin tenang termasuk hatinya.
"Ngapunten sedangune kulo tumut dakwahe njenengan kulo mundak ayem gus neng ati," ujarnya.
"Masya Alloh, aku arep nangis tapi isin. Ya Alloh mugo mugo aku ra ngecewakna kowe. Melu kanjeng Nabi penak, nyantri yo yu. Rejekimu lekas lancar?" ungkapnya.
"Alhamdulillah. Inggih nyantri gus," jawab Wahyu yang kini rejeki semakin lancar dan siap nyantri.
"Alhamdulilah masya Alloh neng pengajian apa wae sing dirasakna, seliane ayem?," kulik Gus Iqdam perihal rasa yang dialami Wahyu selama mengikuti pengajian.
"Ayem, pikirane mundhak tenang," sebutnya.
Menurut Gus Iqdam, dengan ikut ngaji, Allah menghidupkan hati yang gelap, gersang, dengan cahaya ilmu para alim ulama.
"Misalnya kita ngaji kiai sepuh, mendengarkan seperti tidak mudeng, tetapi berusaha mendengarkan dengan baik. Nah, ilmu akan masuk dalam hati kita, walau tak bisa dicerna otak kita. Ini yang akan menjadikan pepadang, kita jadi tenang, gak bludrek, dan gak lari ke maksiat," tandas Gus Iqdam.