JURNALINVESTIGASI.com, SAUMLAKI - Kendati perhelatan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak se-Indonesia masih setahun lagi. Namun suhu perpolitikan di Kabupaten Kepulauan Tanimbar (KKT), Provinsi Maluku menjelang pesta demokrasi tersebut mulai memanas.
Tensi politik kian meninggi, pasca hampir sebagian besar rakyat di Negeri Duan Lokat ini, menyatakan diri bergabung dan membentuk suatu perkumpulan yang berlabel Relawan Boy Uwuratuw atau disingkat RBU.
Alhasil, perang opini untuk Pilkada 2024 sudah dimulai sejak sekarang. Tim Relawan Boy Uwuratuw pun harus mulai melakukan penguatan untuk menjaga para RBU-nya tetap solid.
Para RBU yang secara aktif maupun masif terus mengkonsolidasikan diri mereka dalam bentuk dukungan terhadap sosok anak muda berprestasi dari Tanimbar sebagai Dokter Ahli Bedah terkemuka di Kota Makasar, Dokter Julianus Aboyaman Uwuratuw atau biasa disapa Dokter Boy.
Pergerakan RBU hingga ke pelosok dan kian mengakar hingga ke masyarakat seantero daerah yang terkenal dengan Budaya Bakar Batu-nya ini tak pelak mendapat "serangan politik" berbau isu-isu yang dianggap menyudutkan Kandidatnya.
Pantauan awak media pada sejumlah WhatsApp Group di Tanimbar, nampak serangan politik mulai dialamatkan oleh sejumlah orang kepada Dokter Boy, tentu berdasarkan perspektif mereka masing-masing dan dengan bahasa sindiran.
Salah satu akun misalnya memposting kalimat "Bupati itu harus paham manajemen birokasi & good governance, bukan hanya kesehatan semata, pertanyaannya apakah Tanimbar krisis politisi atau mereka yang konsen mebesiki Ilmu Pemerintahan & Politik, hampir pasti seorang dokter bedah mau pimpin katong, beta sih rasional saja ini Politik tapi coba Katong kompilasi track record/rekam jejak seorang dokter Ini apa? Dia pernah besar di dunia organisasi kepemudaan atau bahkan dunia pemerintahan apa? Dugaan Beta ini karena banyak King Maker yang mencari kesempatan sedikit finansial yang beliau punya lalu mereka mengendorsnya sebagai cabub tahun depan".
Selain itu, pada WAG yang sama, memposting pendapatnya: "Intinya bawa Melayani pasien yang sakit itu berbeda dengan cara membangun daerah dan pemerintahan ini".
Sekretaris Tim RBU KKT Roy Jehu, menanggapi santai dan tidak inggin terpancing, menurut dia, jika ada yang mengkritik Dokter Boy, itu artinya mereka mencintai seorang Dokter Boy Uwuratuw
"Ini opini yang dibangun terlalu ringan. Apa lagi untuk dijadikan bahan debat," tandas Roy.
Dirinya melanjutkan, RBU KKT hanya melayani rakyat yang mau bertanya tentang siapa figur Dokter Boy dan bagaimana pemikirannya untuk memajukan dan mensejahterakan Tanimbar.
Sementara itu, ketika dimintai pendapatnya tentang isu yang berseliweran di WAG yang diduga ditujukan ke Dokter Boy, salah satu fungsionaris RBU dari Desa Ritabel, Sarah Mouw menyatakan penyesalannya terhadap pendapat mereka.
"Siapa yang bilang Dokter Boy tidak paham manajemen birokrasi dan good governance? Apakah mereka pernah menguji Dokter Boy? Yang pasti Dokter Boy punya pengalaman sebagai aparatur negara dan dosen, itu bahkan lebih cukup untuk sekedar menjadi seorang Bupati", tegas Mouw.
Mouw mengungkapkan bahwa selama ini Bupati MTB/KKT juga bukan seorang birokrat murni atau yang punya pengalaman birokrat sebelumnya.
"Bupati S. J. Oratmangun yang meletakkan dasar pembangunan KKT adalah politisi. Bupati Temmar seorang dosen, dan Bupati ketiga
seorang politisi. Apakah mereka punya pengalaman sebelumnya jadi birokrat? Kan tidak juga,"
ungkap relawan perempuan itu dengan nada heran. Mouw bahkan mengungkapkan fakta bahwa justru menurut data KPK, sejumlah kepala daerah yang bermasalah karena korupsi adalah mereka yang berlatar belakang politisi atau yang katanya punya pengalaman.
Jadi, bagi Mouw, tidak ada jaminan latar belakang birokrasi jauh lebih baik dari yang lain. Menurutnya, bukan latar belakang pengalaman yang menentukan keberhasilan seorang bupati, tetapi kepribadian dan motivasinya yang memberi garansi.
"Kalau ada seorang dokter yang meragukan kualitas kepemimpinan rekannya sesama dokter, maka itu ibarat pepatah menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri. Kalau diri sendiri punya kualitas pas-pasan, jangan pikir orang lain juga punya kualitas pas-pasan", katanya sambil tertawa lebar.
Mouw hanya menyarankan agar supaya semua orang yang peduli untuk membangun Tanimbar sebaiknya merapatkan barisan, mengadu gagasan dan berkolaborasi secara berkualitas.
"Sebaiknya kita semua yang peduli Tanimbar, untuk bersatu, berkolaborasi gagasan secara berkualitas, daripada saling menyerang pribadi orang. Jikalau takdir mempertemukan kita
sebagai kompetitor, mari kita kompetisi gagasan, bukan kompetisi dengkul", imbuh Mouw.
Editor: Nik Besitimur