JURNALINVESTIGASI.com, SAUMLAKI - Miris memang jika Kepala Daerah, sekelas Bupati defenitif berjanji kepada rakyatnya, namun tidak ditepati. Apalagi janji manis yang ditebar dimasa kampanye dengan harapan bisa terpenuhi selama menjabat lima tahun atau satu periode masa jabatan. Hal ini terjadi pada pemerintahan Bupati Kepulauan Tanimbar periode 2017 - 2022, Petrus Fatlolon.
Mantan Bupati satu periode ini dan inggin kembali mencalonkan diri pada perhelatan Pilkada 2024 di Bumi Duan Lolat, seyogianya mengintrospeksi diri tentang berbagai tebaran janji manisnya kepada rakyat Tanimbar.
Salah satu tokoh masyarakat Desa Latdalam, Kecamatan Tanimbar Selatan (Tansel), Meki Dasmasela, yang ditemui media ini, Sabtu (16/9/2023), mengungkapkan kalau mantan bupati KKT produk pilkada 2017 lalu itu telah berjanji akan memberikan bantuan uang tunai senilai Rp200 juta tuk Gereja Kristen Protestan Indoensia (GKPI) Jemaat Latdalam. Namun sayangnya janji manis bak gulali tersebut kosong-melompong hingga Sang Mantan Bupati diberhentikan Mendagri.
"Pak Petrus Fatlolon ini masuk dalam gereja dan berjanji dihadapan Pendeta dan Majelis Jemaat. Tetapi hingga turun jabatan, kosong dobel," kenang Dasmasela.
Bahkan, Dasmasela menambahkan, bukan saja berjanji bagi masyarakat Latdalam, tetapi juga seantero Bumi yang terkenal dengan tradisi bakar batunya ini. Alhasil, Mantan Bupati dengan Jargon "Beta Tanimbar, Tunggu Beta Bale" ini tak pantas untuk kembali inggin maju mencalonkan diri tuk memimpin Bumi Tanimbar tuk kedua kalinya lagi, sebaiknya jangan kembali lagi.
"Dia berjanji terlalu banyak untuk rumah-rumah ibadah di Tanimbar. Tetapi apa? Semuanya hanya tinggal janji. Saya selalu berbicara terbuka pada setiap kesempatan," tandas Dasmasela.
Sebab lanjut Dasmasela, ketika calon kepala daerah bahkan bupati defenitif sekalipun mulai menyemburkan janji-janji, harapannya selalu sama oleh rakyat bahwa semoga janji itu ditepati. Bahkan rakyat berdoa semoga bukan omong kosong, bukan sekedar janji untuk merayu konsituen atau rakyat yang dipimpinnya. Dan biasanya, kepala daerah yang baru menjabat 1 periode dan akan mencalonkan diri ke periode ke-2, selalu penuhi janji dan mengambil hati rakyatnya. Tetapi sosok ini, kebalikan dari kenyataan.
"Janji-janji itu ada yang terekam jejak digital, ada pula yang hanya menjadi ingatan rakyat itu sendiri, tokoh agama, tokoh masyarakat. Dengan realita seperti itu, apakah kami masyarakat masih inggin berikan kepercayaan lagi kepada pemimpin seperti itu?" tandasnya mengakhiri.
Editor : Nik Besitimur