-->

Notification

×

Iklan

Iklan

DPK GMNI FISIP UHO Gelar Dialog Tentang Perempuan, Politik dan Demokrasi

12 Desember 2022 | 12:04:00 AM WIB | 0 Views Last Updated 2022-12-11T17:04:26Z


Kendari, Jurnal Investigasi - DPK GMNI FISIP UHO gelar bazar dan dialog bertemakan tentang “Eksistensi Perempuan Dalam Pusaran Politik dan Demokrasi” di sala satu warkop yang ada di kota kendari. Bazar dan dialog tersebut di inisiasi oleh anggota bau DPK GmnI FISIP-UHO. Hadir juga berbagai narasumber dari keterwakilan organisasai cipayung plus kota kendari Reschi Nur Rasak dari Kopri PMII, Feby Rahmayana LMND Sultra, Nur Isyati Kohati HMI, Lili Fasad M Kader GMNI Kendari., Rasmin Jaya Kader GMNI Kendari dan Panelis Fitra Wahyuni Kabid Sarinah DPC GmnI Kendari yang di moderator secara langsung oleh Sarinah Hijrah Anggota GMNI FISIP UHO(Sabtu 10/12/2022)


"Hal demikian berangkat dari fenomena partisipasi dan keterwakilan perempuan dalam ruang publik dan politik masih terlalu minim untuk mengisi ruang parlemen dan pemerintahan. 


"Sehingga perlu ada upaya serius untuk terus mendorong kualitas dan kapasitas semangat perempuan dalam memperjuangkan hak-hak politik sebagai representasi dalam mengakomodir program-programyang bersentuhan langsung dengan perempuan.


Dalam laporan ketua panitia Wa Ode Irma mengatakan bahwa bazar dan dialog yang bertakjub tentang “Eksistensi Perempuan Dalam Pusaran Politik dan Demokrasi” ini tak lepas dari pada kerja sama panitia dalam menyusun konsep, ide dan gagasan untuk melahirkan tema tersebut. Dan hal demikian juga tak lepas dari dorongan senior yang selalu mengawal dari pada kegiatan yang di maksud.


Lebih lanjut, bahwa kuota perempuan dalam politik dan parlemen 30 persen belum bisa menjawab dan mengakselerasi segala kebutuhan dan kepentingan kaum perempuan. Program-program dari kebijakan eksekutif dan legislatif belum menyentuh segala titik krusial di tengah masyarakat dari berbagai lini sektor. Ungkapnya


Sambutan ketua DPK GmnI FISIP UHO Dani Mirsad bahwa mengapresiasi sebesar-besarnya kerja kepanitiaan dalam menyusun konsep dan tema dialog hingga sampai terselenggaranya kegiatan tersebut. Semoga apa yang menjadi terobosan anggota dan kader GmnI khususnya FISIP UHO bisa terus membesarkan nama baik organisasi. sehingga apa yang menjadi program-program ke depan bisa terus di kembangkan.


Narasumber Feby Rahmayana mengatakan bahwa masih banyak tantangan yang dari hadapi kaum perempuan ketika ikut berpartisipasi dan terlibat dalam dunia politik, kentalnya watak maskulin dan patriarki yang tidak sepenuhnya memberikan peluang kepada perempuan untuk merumuskan program, wacana dan isu sesuai dengan kebutuhan perempuan.


“Keterwakilan perempuan di parlemen beum bisa merepresentasi seluruh kalangan perempuan di akibatnya masih kentalnya oligarki, dinasti dan cengkraman birokrat pemerintah yang lebih mementingkan partai dan kelompok.


Sementara Narasumber dialog Rasmin Jaya membeberkan bahwa kuota 30 persen perempuan dalam politik dan parlemen tidak menjadikan perempuan bisa berdaya sepenuhnya meskipun demokrasi membuka seluas luaasnya akses hak untuk berpartisipasi dalam ranah kekuasaan tetapi sering kali perempuan mendapatkan streototipe/pelabelan negatif dalam kehidupan sosial masyarakat ketika melibatkan diri dalam ruang publik. 


“Tak hanya itu dalam dunia politik juga di anggap sesuatu hal yang kejam dan berdaya saing, olehnya itu di butuhkan ongkos politik sebagai infrastruktr konsolidasi dan mobilisasi massa menjelang momentum pemilu dan pilkada.


“Di sisi lain juga bahwa kualitas dan kapasitas diri perempuan belum terlalu memadai sehingga kepercayaan diri sering kali menjadi hambatan. 


"Sehingga upaya tersebut perlu adanya pendidikan dan edukasi politik yang merata bukan hanya menjelang momentum pemilu dan pilkada karena sejatinya politik hanyalah intrumen dan kendaraan untuk mencapai tujuan apa yang menjadi harapan dan cita-cita bersama. Tutur Demisioner Ketua DPK FISIP UHO


Panelis Fitra Wahyuni Kabid Sarinah DPC GmnI Kendari menjelaskan dengan cukup gamblang bahwa menjadi perempuan tidak hanya cukup menjadi pemilih cerdas saja tetapi harus bisa mendorong program-program yang bersentuhan dengan kaum-kaum perempuan. Sehingga kuota 30 persen dapat menjadi representase untuk mendorong kualitas, kuantitas dan keberdayaan perempuan.


“Perempuan juga pernah menunjukan bagaiaman dia bisa membangun peradaban yang bermuara ada kesejahteraan masyarakat dan pembangunan suatu negara, olehnya itu kehadiran perempuan tak bisa kita sepelekan.


 “Apa lagi harus selalu kita nomor duakan. kekuatan social sociaty juga banyak di doromg oleh kelompok perempuan untuk menjadi lokomotif gerakan pada saat perjuangan pro demokrasi dalam menjatuhkan rezim orde baru yang otoritarianisme.


Terakhir, Lili Fasad M Kader GMNI Kendari menegaskan bahwa sudah seharusnya kita keluar dari kungkungan patriarki yang mitos-mitos yang mendiskriminasi dan memarjinalkan kaum perempuan. Perempuan sudah harus merdeka, berdikari dan berdaya secara ekonomi dan politik agar apa yang menjadi harapan bisa mengakomodir segala program dan kepentigan kaum perempuan itu sendiri, Ungkapnya

×
Berita Terbaru Update