BEKASI, Jurnal Investigasi.com - Miris nelayan se-Kecamatan Muaragembong Kabupaten Bekasi Jawa Barat, sangat sulit mendapatkan Solar bersubsidi dan Pertalite, hal inilah yang nampak sebuah gedung Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) Muaragembong mangkrak sampai saat ini, dari mana yang dibangun untuk ketersediaan Bahan Bakar Minyak (BBM) tersebut.
"Selama sekian tahun, nelayan mendapatkan solar dari warga yang membawakan solar untuk nelayan, harganya pun jauh lebih mahal, dengan terpaksa nelayan pun membeli BBM untuk mesin penggerak perahu nelayan karena sumber penghasilan nya mencari rezekinya ditengah laut,"kata Basuni tokoh masyarakat Muaragembong pada Sabtu (19/11/2022).
Ia menjelas kan, bahwa memang benar adanya gedung PEMP mangkrak itu disebabkan kurangnya perhatian pemerintah terkait, terhadap aktifitas gedung PEMP sebagai penyedia BBM Solar dan Pertalite untuk nelayan Muaragembong, sehingga nelayan kesulitan mendapatkan BBM walaupun ada harganya jauh lebih mahal.
"BBM SPBU hanya melayani BBM untuk kendaraan roda dua dan lebih, SPBU tidak lagi melayani masyarakat dengan wadah jerigen, jadi masyarakat mendapatkan BBM itu dipasok oleh warga lainnya yang simpatik terhadap nelayan supaya nelayan bisa melaut mencari rejekinya dilaut,"jelas Basuni.
Ketua Dewan Pimpinan Daerah Lembaga Swadaya Masyarakat DPD LSM Prabhu Indonesia Jaya N.Rudiansah angkat bicara, sejumlah nelayan pesisir se-Kecamatan Muaragembong Kabupaten Bekasi Jawa Barat, sampai saat ini masih sulit memperoleh solar bersubsidi, dari Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN) 30.2.3.004 yang berlokasi di Jalan Raya Desa Pantai Mekar Muaragembong.
"Yang lebih mirisnya lagi SPBN 30.2.3.004 tersebut, terlihat milik PT Aneka Kimia Raya (AKR) sudah sekian tahun di bangun, sampai saat ini masih mangkrak. Jadi nelayan yang hendak membeli solar subsidi, terpaksa harus menempuh perjalanan sekitar 25 KM, untuk mencari SPBU. Itupun nelayan harus antri dalam upaya mendapatkan solar bersubsidi,"tegas N.Rudiansah.
Di sisi lain Kepala Desa Pantai mekar Dahlan menyampaikan, bahwa dengan adanya gedung PEMP, dirinya sangat menyayangkan karena tidak berfungsi lagi, untuk kebutuhan ketersediaan BBM untuk para nelayan Muaragembong. Jumlah para nelayan Muaragembong ada ribuan nelayan, bahkan warga untuk mengairi sawah atau tambak menggunakan mesin diesel, masyarakat saat ini apabila berbelanja sangat jauh butuh waktu berjam-jam, belum lagi antriannya.
"Harapan kami kepada pemangku kebijakan Pemerintah Daerah, segera merealisasi kembali gedung PEMP penyediaan BBM solar dan pertalite bersubsidi untuk para nelayan, agar nelayan bisa beraktifitas kembali seperti biasa tanpa harus khawatir akan kekurangan BBM,"harap Dahlan.
(Srn/voy)