masukkan script iklan disini
Tarakan, Jurnalinvestigasi.com – Sejumlah kecelakaan lalu lintas terjadi di Jalan Pangeran Aji Iskandar dan Jalan Karya Bersama di Kelurahan Juata Laut belakangan ini. Peristiwa tersebut, kata warga RT 13, Kelurahan Juata Laut bernama Kristian, membuat warga terganggu dan merasa keselamatannya terancam saat berkendara.
Dari pantauan media ini, apa yang dikatakan Kristian benar adanya. Terpantau truk-truk pengangkut timbunan tersebut ugal-ugalan dan menyisakan debu di rumah warga serta merusak jalan. Menurut Kristian, selama aktivitas perusahaan tersebut memberikan hal positif bagi masyarakat dan lingkungan setempat, warga akan mendukungnya. Namun, yang terjadi tidak demikian.
"Saya sih nggak jadi masalah (ada truk perusahaan melakukan aktivitas), karena 'kan orang (sopir) juga cari makan. Tapi, karena ini dampaknya lebih sedikit positifnya, lebih banyak negatifnya, ya saya juga nggak setuju," sesal Kristian.
Dia melanjutkan, aktivitas perusahaan tersebut ke depan harus dibicarakan ulang dengan masyarakat setempat. Sebab, aktivitas perusahaan dinilai telah mengganggu dan merusak lingkungan warga.
"Saya juga tadi malam hampir celaka di situ, dan korban juga sudah ada itu. Ada diposting di Medsos. Korban di Puskesmas Korpri, pengemudinya kabur," katanya.
"Saya juga melihat, terlalu arogan teman-teman sopir ini. Kita juga tidak menahan mereka untuk mengejar pendapatan. Mereka cari makan 'kan, tapi 'kan pikir juga risikonya. Seperti saya ini 'kan pengendara, kita cuma bawa motor. Kalau 'dicium' truk itu diibaratkan seperti semut aja kalau truk bermuatan itu injak motor," lanjutnya.
Kristian juga menilai, apa yang dilakukan perusahaan justru lebih banyak mendatangkan mudharat daripada manfaat. "Bermanfaat bagi yang punya truk dan perusahaan. Tidak bagi kami," tegasnya.
Padahal, kata dia, perusahaan sudah diuntungkan secara profit, sementara warga tidak dapat kompensasi sama sekali. "Jadi, saya simpulkan saja, keuntungan di sini saya lihat hanya si proyeknya (perusahaan) saja. Si sopir, dia dapat keuntungan karena dia bekerja toh, bukan dikasih gratis 'kan! Sementara lingkungan kami tidak diperhatikan," tekannya lagi.
Dia pun siap memberikan bukti yang memperlihatkan truk ugal-ugalan setiap malam. Bahkan di siang hari, truk tersebut masih terlihat laju dan mengabaikan keselamatan. "Kalau sampean jalan malam, saya ada foto dan videonya kok. Kalau jalan malam itu sudah tidak kelihatan karena debu," katanya.
Dia pun berharap agar pihak perusahaan serius menyikapi permintaan warga, yakni memperhatikan lingkungan warga, kesehatan warga dan truk mereka tidak ugal-ugalan di jalan.
"Kami tidak nuntut yang macam-macamlah. Harapan saya secara pribadi, tolong diminimalisirlah (debu, kerusakan jalan dan ugal-ugalan). Jangan seperti membahayakan pengendara lain gitu. Setidaknya, dari manajemen proyek juga memperhatikan kami yang ada di lingkungan setempat dimana tempat proyek itu berdiri sekarang," imbuhnya.
Kristian juga mengaku sempat mendengar dalam rapat yang mereka gelar bahwa perusahaan itu tak mengantongi izin. Dengan begitu, katanya, perusahaan hanya meninggalkan kerugian bagi warga.
"Saya pernah dengar waktu rapat itu, bahkan dia tidak izin di RT kami, padahal proyeknya ada di RT. 13 ini. Kalau begini 'kan kita cuma hirup debunya saja, jalan berlubang, rusak. Terutama untuk anak-anak sekolah kami, masih banyak yang jalan kaki. Kalau kulihat mereka pulang sekolah itu, aduh sudah berdebu semua dia kasihannya. Mau gimana lagi, ini mega proyek juga kita tidak tahu asal-usulnya. Siapa-siapa bekingannya atau yang dibelakangnya, jadi tidak bisa tersentuh mereka," tuturnya.
Apakah warga akan melakukan aksi protes? Kristian memastikan bahwa rencana itu pernah mereka rundingkan. "Kami tetap akan usulkan, akan jalan. Karena kalau dilihat, ini 'kan sudah urgen dan emegency," katanya.
Senada yang disampaikan Simon. Dia menyebut, Jalan Pangeran Aji Iskandar dan Jalan Karya Bersama di Juata Laut rusak berat lantaran dilalui truk bermuatan tanah urukan yang lalu lalang di depan rumah mereka. Saat hujan, kata Simon, akan sangat mengganggu jalan utama yang dilalui.
"Habis (pernah) saya palang baru diperbaiki itu yang berlubang. Itu ada yang lubang dekat Rumah Sakit (RS. Bhayangkara), lubang dalam itu, cuma ditumpuk tanahnya di situ, tapi tidak dibagi. Jadi sangat mengganggu sekali kita lewat di situ," katanya.
Simon mengaku, belum ada kabar gembira terkait perbaikan jalan. Sehingga, dia dan warga sekitar berencana akan melakukan aksi. Aksi serupa, kata Simon, pernah mereka lakukan dan mendapat tanggapan yang tak terlalu memuaskan. Belakangan jalan tersebut kembali rusak sehingga mereka mengancam akan melakukan aksi lagi.
"Itu hari kami palang di sini, jadi dia (sopir) bilang, "kenapa dipalang?" Saya bilang, "oh inilah caranya masyarakat di sini (melakukan protes)". Mereka bilang, "kalau kau mau (protes) ke kantor". Kan kami tidak ada urusan mau ke kantor. Kami tidak tahu mana yang kami mau jumpai. Kalau kami palang begini otomatis turun perhatiannya untuk bos-bos 'kan. Akhirnya (setelah dipalang) diperbaiki yang dipalang itu. Dulu berlubang betul yang di sini, sampai anak saya jatuh di sini, luka lututnya. Lama baru sembuh. Kalau masih begini, nanti kami palang lagi," pungkas pria paruh baya ini.
Seperti informasi yang diperoleh dari unggahan di instagram dan fanpage facebook oleh akun Tarakanku, dalam postingannya disebutkan kecelakaan dua orang pengendara motor jadi korban tabrak lari truk di daerah Juata Korpri, dan terpaksa harus menjalani perawatan di Puskesmas terdekat.
Kedua pengendara korban tabrak lari truk tersebut adalah mereka yang disebutkan oleh Kristian warga RT 13 Juata Laut ini. Postingan dimaksud sudah ditonton sebanyak 6.883 kali dan telah memperoleh beragam komentar. Namun, hingga berita ini tayang, belum diketahui identitas korban.
Menanggapi keluhan masyarakat ini, Ketua Lembaga Nasional Pemantau dan Pemberdayaan Aset Negara (LNPPAN) Provinsi Kalimantan Utara, Fajar Mentari menyesalkan diamnya perusahaan yang telah merusak lingkungan warga dan jalan. Dia pun meminta pemerintah untuk menindak tegas perusahaan yang tak berpihak kepada masyarakat tersebut.
"Idealnya, apa yang disampaikan masyarakat itu merupakan isi hati pemerintah. Kalau pemerintah tak merasakannya, berarti tingkat kepekaan pemerintah sangat rendah. Ditambah lagi perusahaannya yang tidak tahu diri, masyarakat kita yang jadi korban," sesalnya.
Pria yang akrab disapa FM ini juga mengomentari sejumlah kesalahan fatal yang dilakukan perusahaan. Merusak jalan dan memberikan 'makan debu' kepada masyarakat hanyalah salah satu.
"Perusahaan ini harus ditindak tegas. Sudah merusak jalan, menghasilkan debu, ugal-ugalan, ditambah lagi menggunakan BBM subsidi yang sebenarnya digunakan untuk masyarakat yang secara ekonomi jauh di bawah mereka," tegasnya.
Yang bikin miris FM lagi, upaya merampok BBM bersubsidi tersebut justru diduga dibekingi oknum tak bertanggung jawab. "Mau jadi apa negara ini bila kejahatan dibiarkan merajalela?" tanyanya. (*)
Sumber Instagram :
Baca juga :