Pengamat Politik, Ujang Komarudin
Jakarta, Jurnalinvestugasi.com-Pengamat Politik dari Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) menilai, langkah salah satu kader Partai PDIP mengembalikan bantuan berupa sembako dari Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo merupakan tamparan keras bagi PDIP sebagai partai dengan jargon wong cilik.
Menurutnya, masih banyak masyarakat yang menginginkan bantuan tersebut dan tak seharusnya diberikan kepada kader-kadernya juga atau mereka yang sudah berkecukupan.
“Masih banyak warga yang menginginkan sentuhan kasih sayang oleh pemerintah dengan bantuan berupa sembako maupun yang lainnya,” kata Ujang kepada wartawan, Sabtu (15/1/2022).
Ujang menambahkan, bahwa sebenarnya banyak yang sudah berkecukupan dalam kebutuhan sehari-harinya, akan tetapi mereka mengaku seolah-olah orang tak punya.
“Dari situlah, seharusnya PDIP lebih jeli melihat situasi ini, jangan asal main lempar aja bantuannya kemana saja, mereka yang benar-benar tak punya harusnya di nomorsatukan,” ungkapnya.
Partai PDIP, kata Ujang, dikenal sebagai partai yang begitu dekat dengan masyarakat kecil dalam hal ini selalu memperhatikan kondisi mereka salah satunya dari segi Ekonomi.
“PDIP kan partai wong cilik, ya harusnya lebih fokus pada mereka mereka ini, jangan hanya pada mereka yang sudah punya, atau mereka yang sudah punya jabatan,” ungkapnya.
Kendati demikian, menurut Ujang, pengembalian sembako dari Ganjar Pranowo oleh Fajar Nugroho yang merupakan salah satu kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) di Jawa Tengah itu seharusnya tak perlu di permasalahkan berlarut-larut, sebab dia juga menjaga nama baik PDIP dan tak ingin jadi objek pencitraan.
“Saya kira apa yang ia lakukan hanya untuk menjaga nama baik PDIP, tak ingin hanya sebagai pencitraan,” tutupnya.
Sebelumnya, Fajar Nugroho (38), warga Desa Mungseng, Kabupaten Temanggung, yang juga Ketua PAC PDIP Temanggung mengembalikan bantuan dari Pranowo melalui petugas di Kantor Kelurahan Mungseng, Kabupaten Temanggung, karena heboh di media sosial, Rabu (12/1).
Dia mengembalikan bantuan itu karena merasa dimanfaatkan untuk pencitraan karena diunggah di beberapa media sosial, di antaranya YouTube, Instagram, dan Facebook.(Wan).