ADVETORIAL

ADVETORIAL

ADVETORIAL

ADVETORIAL

Iklan

Joko Warga Malang Yang Sempat Buta Di duga pasca Vaksinasi Covid 19 Kini Jadi Pengrajin Raket

Redaksi
13 Desember 2021
Last Updated 2021-12-12T21:49:51Z
Premium By Raushan Design With Shroff Templates
masukkan script iklan disini

 

Joko santoso saat membuat raket di rumah nya dengan upah 15 ribu perhari (Foto/M.Sholeh)

Malang,Jurnal Investigasi.com - Joko Santoso (38) yang dulu pernah mengalami kebutaan selama 3 hari Di Duga akibat vaksinasi dosis pertama jenis astrazaneca kini berangsur pulih, namun dirinya mengaku masih kesulitan dalam mengenal warna-warna 


Akibat kebutaan sementara tersebut joko membutuhkan proses pemulihan selama 3 bulan, tentu saja dengan kondisi nya joko harus berdiam diri di rumah dan tidak bisa bekerja.

Di lansir dari Malang Today Via Kumparan  

Memiliki latar belakang sebagai tukang bangunan, membuat Joko gatal ingin kembali bekerja saat melihat sebuah konstruksi pembangunan rumah yang tepat berada di depan rumahnya.

"Saya sebenarnya ini gatal kalau gak kerja. Tapi badan sudah tidak seperti dulu, aktivitas keras sedikit aja meriang, ini juga flu belum sembuh-sembuh. Jadi badan gampang sakit sekarang," kata Joko, di kediamannya, pada Minggu (12/12/2021).
Merasa tak tega, istri Joko mencarikan pekerjaan ringan untuknya. Hingga akhirnya ada perajin raket yang membutuhkan jasa untuk memasang bantalan senar sekaligus senar raket. Tak mau lebih lama menganggur, Joko lantas mengambil pekerjaan itu.
"Saya sehari-hari momong anak, bersih-bersih rumah, gantiin peran istri. Ini beberapa hari pasang senar raket. Upahnya Rp 500 untuk satu raket, sehari dapat sekitar 30 raket," bebernya.
Dia mengaku menyetorkan hasil pekerjaannya dua hari sekali kepada penrajin raket yang tak jauh dari kediamannya. Dalam dua hari itu, Joko mengaku bisa menyelesaikan 60 raket.
"Dua hari setoran dapatnya Rp 30 ribu. Jadi selesai 60 raket itu ongkosnya Rp 30 ribu. Itu masang bantalan senar raket sama benangnya. Tapi saya juga dibantu bapak dan istri. Ibaratnya ya dikerjain tiga orang," paparnya.
"Sebenarnya ya masih meraba-raba, ya sedikit-sedikit sambil melatih matalah. Kalau dulu kuli bangunan upahnya sehari Rp 100 ribu, gak papa sekarang Rp 15 ribu," ucapnya.
Menurutnya, saat ini kondisi matanya memang masih belum bisa membedakan warna. Namun dia mengaku sudah bisa membedakan tiga warna yakni hitam, abu-abu, dan putih.
"Kalau sekarang lihat ya masih hitam putih. Jadi sekarang taunya hitam, abu-abu, dan putih. Itu degradasi antara putih sama hitam itu kelihatan abu-abu," ungkapnya.
Selain itu, dia juga kesulitan membaca jika ada tulisan dan latar yang warnanya hampir sama. Sehingga Joko menangkap tulisan tersebut tampak rata atau tidak ada tulisannya.
"Baca tulisan kalau background-nya putih bisa, atau warna-warna tua tapi tulisannya putih bisa. Tapi kalau misal background merah muda atau biru, tulisannya hijau, saya lihatnya rata, gak kebaca," bebernya.
Bahkan, dia juga mengaku sulit mengenali orang yang sudah dia kenal jika orang itu tak bersuara. Disebutkan, dia harus mendengar suara orang itu agar dia bisa mengenalinya.
"Kalau ngeblur sudah tidak. Tapi dulu awal gejala sempat ngeblur. Jadi dulu ada orang datang itu saya sering kaget. Saya kayak lihat makhluk halus, karena saya ngelihatnya ngeblur," jelasnya.
Hingga saat ini, Joko juga masih bertanya-tanya apa sebenarnya yang membuat matanya mengalami gangguan penglihatan. Karena menurutnya, dia dan orang tuanya tak memiliki riwayat penyakit mata.
Namun Joko mengaku pasrah dengan diagnosa medis yang menyatakan bahwa dia mengalami peradangan saraf mata.
"Kami orang awam diam aja, keputusannya seperti itu ya kami terima. Mau dilawan ya gimana, mau gak diterima gimana, lawannya orang banyak. Katanya kebetulan abis vaksin," ucapnya.
"Saya juga gak berharap banyak soal kompensasi, kalau dari ini saya dianggap cari-cari bantuan saya tidak mau," tandasnya. (Red*)


iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Stars Rally to Beat Predators in Winter Classic at Cotton Bowl